Karakter Keislaman ditanam Sejak Dini pada Proses Pembelajaran

Edi Safitri, S.Ag., M.Ag menyampaikan karakter keislaman jika diterapkan untuk proses pembelajaran

Edi Safitri, S.Ag., M.Ag menjadi pembicara dalam Diskusi Ilmiah di Ruang Sidang FIAI,UII (Mft)

Pendidikan karakter Islami merupakan bentuk kegiatan yang di dalamnya terdapat suatu tindakan yang mendidik dengan materi keislaman bagi generasi selanjutnya. Tujuannya adalah untuk membentuk penyempurnaan diri individu secara terus-menerus dan melatih kemampuan diri demi menuju kearah hidup yang lebih baik. Membahas mengenai hal tersebut Program Studi Agama Islam (PSPAI) menyelenggarakan Diskusi Ilmiyah Dosen. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin 09 Rabi’ul Akhir 1440 H/17 Desember 2018 M di Ruang Sidang FIAI UII.

Acara yang dibuka secara resmi oleh Wakil Dekan 2 Drs. M. Hajar Dewantara, M.Ag., menghadirkan praktisi pendidikan dari SD Muhammadiyah Condongcatur (SDMUHCC) yaitu Sulasmi, S.Pd. Tujuan digelarnya acara ini adalah untuk dapat memberikan warna lain dalam meningkatkan gairah akademik di PSPAI. Acara ini menjadi ajang silaturohim akademik dengan SDMUHCC sebagai mitra PSPAI.

Diskusi Ilmiah tentang Proses Pembelajaran di SD Muhammadiyah Condongcatur Yogyakarta

Suasana Diskusi Ilmiah yang dihadiri oleh dewan dosen Prodi PAI (Rzl)

Sulasmi menyampaikan bahwa pentingnya penanaman karakter keislaman sejak dini, karena tantangan generasi kedepan semakin berat.“Konsentrasi yang kami kembangkan adalah basic keislaman, lebih diutamakan pendidikan keagamaan, yaitu dengan membumikan Al-quran di sekolah,” tuturnya selaku kepala sekolah. Disamping itu, penekanan pada pendidikan agama Islam juga mendapatkan porsi yang lebih dalam. Kurikulum yang disusun, “Pelajaran Agama Islam ada enam jam, bahasa arab satu jam dan hafalan satu jam,” tuntasnya menambahkan.

Edi Safitri, S.Ag., MSI., selaku pemateri kedua menyampaikan bahwa Kurangnya efektifitas metode ceramah jika diterapkan untuk proses pembelajaran, “Terlalu monoton” katanya. Menurutnya metode ini masih bisa exis karena di pengaruhi oleh setting kelas, “Setting kelas yang monoton dan klasikal menghadap ke depan sangat berpengaruh terhadap metode ceramah yang digunakan dalam proses pembelajaran,” ujarnya.

Baca juga : Prodi PAI Menjadi Gudang Pembelajaran Berbasis CPL

Proses pembelajaran berbasis kontekstual learning

Menanggapi hal tersebut Sulasmi menegaskan untuk setting kelas di SD Muhammadiyah Condongcatur sudah bervariatif, bahkan inovasi pembelajaran berbasis “Kontekstual learning” sudah diterapkan, “Proses pembelajaran dengan langsung praktik, terjun langsung ke lapangan, ke pasar ke cagar budaya dan memanfaatkan alam luas untuk proses belajar,” tegasnya. Harapannya proses pembelajaran berbasis kontekstual learning yang terfokus pada pembentukan karakter keislaman dapat diimplementasikan secara konsisten oleh PSPAI dan SD Muhammadiyah Condongcatur sehingga dapat mencetak generasi anak didik yang berkarakter islami, amanah dan profesional. (Rzl)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*