Strategi Menghidupkan Kuliah Online
Penulis : M Nurul Ikhsan Saleh
Dosen PAI- FIAI UII – Kepala CSSD Prodi PAI
Pandemi Covid-19 bukan hanya berdampak pada proses belajar mengajar di perguruan tinggi dari luring menjadi daring. Pandemi ini juga berpengaruh besar secara global terhadap manajemen, organisasi dan interaksi sosial perguruan tinggi. Di balik banyaknya hambatan yang dihadapi, perguruan tinggi di Indonesia perlu terus melakukan inovasi dan berbenah agar kualitas pembelajaran tetap terjaga. Perlu strategi khusus sebagai jawaban atas keluhan yang sering ditemui oleh para dosen dalam pembelajaran online yaitu suasana pembelajaran yang membosankan. Berikut beberapa strategi menghidupan kuliah online baik dalam bentuk pembelajaran sinkron atau asinkron.
Interaksi
Strategi pertama yang bisa ditempuh dalam menghidupan kuliah online utamanya ketika pembelajaran dilakukan secara sinkron adalah dengan memanfaatan aplikasi seperti Mentimeter selain penggunaan aplikasi Zoom. Lewat aplikasi Mentimeter, seorang pengajar dapat mengajukan beberapa pertanyaan atau harapan di awal pertemuan pertama atau di awal-awal kelas dimulai. Dari sinilah mahasiswa bisa terlibat aktif berpartisipasi dalam pembelajaran. Ada interaksi dua arah antara dosen dan mahasiswa. Sehingga mahasiswa bukan hanya terlibat mendengarkan, akan tetapi terlibat dalam interaksi bersama dosen dan teman-temannya. Interaksi ini bisa juga dalam bentuk percakapan langsung atau lewat pesan tertulis baik ketika lewat aplikasi Zoom, Google Meet, atau media pembelajaran daring seperti Google Classroom.
Umpan Balik
Strategi kedua dalam menghidupkan pembelajaran di masa pandemi adalah dengan cara memberikan umpan balik atau feedback. Umpan balik ini bisa dari teman sekelas atau dosennya. Semisal dosen memberikan tugas di Google Classroom, maka seorang dosen butuh memberikan umpan balik terhadap hasil kerja mahasiswa. Tujuannya adalah agar mahasiswa bisa memahamai atas hasil kerja yang telah dilakukan, semisal ada yang perlu diperbaiki atau semacamnya. Umpan balik ini bisa dalam bentuk apresiasi dan masukan untuk perbaikan. Harapannya seorang dosen bukan hanya fokus pada saran-saran perbaikan, akan tetapi juga bisa menyampaikan kelebihan-kelebihan yang terdapat pada karya mahasiswa.
Motivasi
Strategi selanjutnya adalah dosen butuh terus memberikan semangat pada mahasiswanya pada setiap pertemuan. Terlebih di masa-masa pandemi Covid-19 ini, mahasiswa perlu dikuatkan optimismenya dan dikuatkan komitmennya dalam belajar dengan sungguh-sungguh. Lewat motivasi inilah diharapkan mahasiswa terus bisa bertahan dalam kesulitan bahkan lebih tangguh dalam menghadapi kondisi apapun. Semisal mahasiswa kesulitan sinyal di rumahnya, harapannya bisa mencari sinyal ke tempat lain. Beberapa contoh mahasiwa saya rela pergi ke dekat tower Telkomsel, pergi ke kebun atau main ke rumah saudara untuk mendapatkan sinyal yang memadai atau mendapatkan tumpangan Wifi. Inilah salah satu indikasi mahasiswa tersebut memiliki motivasi belajar yang tinggi.
Survey
Strategi lain yang saya lakukan pada pertemuan awal perkuliahan adalah dengan membuat survey menggunakan Google Form. Mahasiswa diminta memilih media belajar apa yang paling pas untuk proses pembelajaran. Semisal ada mahasiswa yang memiliki preferensi penggunaan media belajar Zoom, ada juga Google Classroom, dan ada pula group WhatsApp, maka media pembelajaran yang dipilih dalam pembelajaran bisa mengakomodasi ketiga media pembelajaran tersebut. Terlebih lagi ketika akan menerapkan konsep Student Centered Learning, maka dalam survey tersebut perlu ditanyaan siapa saja mahasiswa yang menggunaan Wifi dan laptop sehingga ketika pembelajaran dibentuk secara kelompok untuk presentasi, diusahakan dalam satu kelompok ada yang menggunakan Wifi dan menggunakan laptop sehingga pada hari H, diharapkan bisa berjalan dengan lancar. Tentu juga dengan survey ini dosen bisa memastikan dalam kelompok bisa ada keterlibatan mahasiswa laki-laki dan perempuan.
Quiz
Setiap kali pertemuan dalam perkulihan perlu selalu ada quiz untuk mengukur pemahaman mahasiswa. Quiz tersebut diharapkan tidak perlu terlalu memberatkan mahasiswa tapi juga tidak terlalu meringankan mahasiswa. Maksudnya adalah mahasiswa perlu mendengarkan perkuliahan atau membaca materi perkuliahan pada pertemuan tersebut untuk bisa menjawab quiznya. Pertanyaan bisa dalam bentuk uraian, akan tetapi saya sendiri sering kali menggunakan pertanyaan pilihan ganda. Dari sini diharapkan mahasiswa selalu mengikuti pembelajaran sebaik mungkin minimal agar bisa menjawab quiz harian. Quiz ini juga bisa dalam bentuk perlombaan semisal menggunakan aplikasi Quizizz dimana mahasiswa akan berlomba menjadi yang tercepat dan yang paling banyak menjawab dengan benar. Lewat aplikasi ini pula mahasiswa bisa gembira menjawabnya dan berkompetisi. Dosen bahkan dapat melihat pemahaman mahasiswa akan materi yang telah disampaikan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya lewat hasil jawaban mahasiswa di Quizizz.
Itulah beberapa strategi menghidupkan perkulihan online. Namun dibalik strategi itu semua, seorang dosen perlu selalu terus berinovasi sesuai dengan materi perkulihan dan keadaan mahasiswa itu sendiri. Contohnya berinovasi dengan mendatangkan dosen tamu dari luar negeri agar tidak jenuh. Seorang dosen juga perlu berempati dan sabar menghadapi mahasiswa yang terkendala menjalani kuliah online, semisal tidak memiliki uang untuk membeli paket internet atau kendala lain. Sehingga dosen perlu mendengarkan keluh kesah mahasiswa. Mahasiswa saya pernah bercerita bahwa ketika pembelajaran online ini dijalankan, ia juga terkadang harus membantu orang tuanya berjualan, bahkan mencari pekerjaan sambilan karena ekonomi orang tuanya terdampak oleh Pandemi Covid-19. Tidak lupa pula seorang dosen butuh selalu mendokan mahasiswanya agar selalu diberikan petunjuk oleh Allah SWT dan keluarganya dimudahkan urusannya di tengah-tengah pandemi Covid-19 yang belum berkesudahan.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!